
Peran Partai Politik dalam Mendukung Peningkatan Jumlah Perempuan di Parlemen pada Pemilu 2024.
Keterlibatan perempuan dalam politik adalah dalam rangka untuk mempengaruhi kelompok atau pengikutnya untuk mencapai tujuan tertentu, dengan tujuan untuk menegakkan keadilan bagi perempuan, karena perempuanlah yang memahami apa yang dibutuhkannya, sehingga ketika perempuan berkiprah pada bidang politik, diharapkan akan dapat mempengaruhi keputusan dalam penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyelenggarakan Seminar Langkah Strategis Peningkatan Keterwakilan Perempuan Pada Pemilu 2024, Selasa (6/12-2022) dengan tema ”Peran Partai Politik dalam Mendukung Peningkatan Jumlah Perempuan di Parlemen pada Pemilu 2024.”
Dihadiri dari Dharma Wanita Persatuan Pusat, Ketua Bidang Sosial Budaya Ibu Sri Hartanti Azhar dan anggota Bidang Sosial Budaya Ibu Arie Andriani Fakih.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Ibu Bintang Puspayoga merasa bahwa para perempuan patut berbangga atas capaian ini. Namun, Menteri PPPA meyakini masih ada faktor penting yang belum maksimal terealisasi dalam mencapai kuota 30 persen keterwakilan perempuan, yaitu dukungan sesama perempuan.
“Penting bagi seluruh perempuan di seluruh Indonesia, kalau saja sesama perempuan kita saling mendukung, saling memotivasi, saling menginspirasi, saya yakin kuota 30 persen keterwakilan perempuan dalam politik itu akan bisa tercapai. Kita mulai dari para perempuan itu sendiri,” tegas Menteri PPPA
Menurut Anggota Komisi IV DPR-RI sekaligus Wakil Sekjen Kaukus Perempuan Parlemen RI, Ibu Nuraeni ada beberapa faktor kegagalan perempuan dalam pemilu, yaitu fnansial; bagi caleg perempuan hal ini bisa menjadi hambatan di tengah mayoritas pemilih yang irasional (miskin), kompetisi tidak sehat di antara sesama caleg (khususnya caleg laki-laki); Black Campaign, pemblokiran akses ke konstituen oleh oknum pengurus partai dapil dan perempuan kurang mempersiapkan diri dan kurang pede (percaya diri)
“Ikut pemilu memang mahal tapi bukan berarti tidak bisa, namun untuk perempuan memang berat. Selain itu ideologi, peran media dan perempuannya sendiri masih kurang percaya diri. Jadi, dukungan dari partai politik untuk rekrutmen calon anggota parlemen itu sangat penting. Pelatihan sebelum dicalonkan, jangan sesudah. Ini penting agar perempuan siap,” jelas Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Chusnul Mar’iyah